Keberadaan pekerja anak bakal menimbulkan masalah luas dan kompleks. Membiarkan anak menjadi pekerja bakal membentuk SDM berkualitas rendah sampai lingkaran kemiskinan.
- Hadapi Cuaca Ekstrem, Komisi VIII Minta Kota Bogor Siapkan Deteksi Dini Bencana Alam
- Tol Indralaya-Prabumulih Ditargetkan Beroperasi saat Mudik Lebaran 2023
- Zahlul dan Amalia Dinobatkan Jadi Agam-Inong Aceh 2022
Baca Juga
Begitu disampaikan Gurubesar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof Nunung Nurwati seperti dikutip Kantor Berita RMOLJabar, Kamis (7/9).
"Bagi anak itu sudah jelas akan mengganggu tumbuh kembang dan kehilangan hak-haknya dan mereka akan menjadi SDM yang kualitasnya rendah,” kata Nunung.
Menurut Nunung, hal itu diakibatkan anak sejak usia dini telah bekerja bahkan ada yang tidak sekolah. Mereka juga mempunyai upah yang rendah.
Ketika mereka dewasa, lanjut Nunung, kemungkinan besar bakal menjadi tenaga yang tidak berkualitas, bekerja serabutan, dan terus mempunyai upah rendah.
Apabila terus dibiarkan, kondisi itu berpotensi terulang ketika telah berkeluarga. Mereka bakal kesulitan memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga berpotensi kembali menjadi keluarga miskin serta mendorong anak-anak mereka untuk bekerja.
“Nah, itulah yang disebut dengan lingkaran kemiskinan,” beber Prof Nunung.
- Kepergian Bhikkhu Jinadhammo Meninggalkan Duka bagi Umat Buddha dan Indonesia
- Soal Penyebab Kebakaran Kubah JIC, Heru Budi Tunggu Laporan Polisi
- Mantan Ketua Demokrat Lampung Ridho Ficardo Resmi Gabung Partai Perindo